Penanusa.com – Sempat beredar imbauan untuk masyarakat Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar) untuk meninggalkan lokasi pemukiman karena bakal terjadi gempa susulan dan tsunami.
Masyarakat di Kabupaten Mamuju pun sudah resah dengan kabar tersebut, bahkan sebagian meresponnya dengan serius.
Ternyata informasi tersebut hanyala isu yang tak bisa dipertanggungjawabkan. Sebab pihak Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tidak pernah mengeluarkan imbauan tersebut.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, menegaskan sekaligus membantah isu tersebut.
Menurutnya, pemerintah tidak pernah meminta masyarakat untuk keluar dari Mamuju dan informasi yang dikeluarkan BMKG adalah himbauan agar masyarakat menjauhi bangunan yang sudah roboh.
“Tidak pernah BMKG menyatakan hal seperti itu. Yang kami himbau adalah jauhilah bangunan-bangunan yang sudah runtuh. Jauhilah lereng yang rawan longsor dan cukup jauh dari pantai,” kata Dwikorita dilansir dari CNNIndonesia.com, Minggu (17/1).
Lebih lanjut, ia meminta agar masyarakat tetap tenang namun waspada guna mengantisipasi adanya potensi gempa susulan tersebut.
“Perlu mewaspadai adanya gempa susulan, tetapi tidak akan sampai sebesar 8,2 magnitudo. Kurang lebih sebesar kemarin (magnitudo 6,2), itu yang paling besar. Tetapi akan lebih banyak yang lebih rendah dari kemarin,” tutur Dwikorita.
Sementara itu Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo meminta agar masyarakat Mamuju tidak mudah terpengaruh dengan kabar bohong atau informasi hoaks yang beredar dan meresahkan warga terkait peristiwa gempa bumi di Sulbar.
“Jangan mudah percaya dengan informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan,” kata Doni.
Sebelumnya beredar isu yang mengharuskan masyarakat untuk keluar dari Mamuju setelah sebelumnya didahului dengan adanya informasi hoaks gempa susulan yang lebih jauh besar dari peristiwa sebelumnya.
BMKG juga sebelumnya telah merilis informasi mengenai adanya potensi gempa susulan, akan tetapi pihaknya memastikan bahwa kekuatannya tidak akan sebesar gempa kedua atau main shock seperti yang terjadi pada Jumat (15/1) dini hari.
Kepala bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan bahwa imbauan tersebut disampaikan pihaknya berkaca dengan bencana gempa bumi yang pernah terjadi di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang terjadi pada 2018 silam.
Namun, dia menegaskan, bakal terjadi di Majene dan Mamuju hingga saat ini.
“Terkait info itu, sebenarnya dalam konteks membangun kesiapsiagaan, jadi tidak ada prediksi akan ada gempa yang besar kemudian menuju tsunami itu tidak ada. Tetapi berkaca pada kasus yang terjadi di Lombok saat gempa Agustus September 2018 itu rentetan gempa cukup banyak,” Daryono. (*)