Penanusa.com – Tembaga batik laris manis di masa pandemi. Permintaan ekspor dari produk Tembaga Batik terutama datang dari Amerika Serikat dan Australia.
Pemilik Tembaga Batik, Mochamad Hasan Sungkar, merasakan permintaan produksi batik cap dalam bentuk kain yang terus meningkat. Di luar negeri terdapat tren selama aktivitas di rumah, banyak orang luar yang membeli kain batik untuk membuat kerajinan.
Hasan memproduksi batik cap khas Pekalongan dari Desa Ngrantan Kadokan, Sukoharjo, Jawa Tengah. Untuk urusan menembus pasar luar negeri, dia memiliki distributor langganan yang membeli dalam partai besar. Nilai transaksi minimal Rp 1 miliar dalam sebulan.
Hingga akhir tahun ini, ekspor diperkirakan mencapai US$ 43,08 juta atau Rp 632 miliar. Pasar batik luar negeri terbesar saat ini masih di Jepang (50 %), Amerika Serikat (30 %), dan Eropa (20 %).
Pengusaha batik yang juga masih menikmati permintaan dari pasar ekspor yakni Batik Pria Tampan. “Saat ini kami ekspor ke AS, Myanmar, dan Singapura. Tapi selama pandemi permintaan yang paling stabil dari AS,” kata Direktur Batik Pria Tampan Muhammad Andri Setyawan dihubungi Kamis (15/10).
Baca juga : Peluang Bisnis Online Makin Terbuka di Masa Pandemi |
Batik Pria Tampan juga menjalin kerja sama dengan distributor untuk menembus pasar ekspor, sehingga permintaan masih relatif stabil meski di masa pandemi.