banner-side-160x600.jpg
banner-side-160x600.jpg
banner-970x250.jpg

Hoaks Vaksin COVID-19 Mendominasi, Kenali Motif dan Modusnya

Hoaks Vaksin COVID-19 Mendominasi, Kenali Motif dan Modusnya

Penanusa.com – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mencatat 1.387 jenis berita bohong atau hoaks yang teridentifikasi sejak awal kasus pandemi COVID-19 di Indonesia pada Maret 2020 lalu.

Dirjen Aplikasi Informatika Kemenkominfo, Semuel Abrijani Pangerapan, menjelaskan, sebagai antisipasi, apabila hoaks yang diidentifikasi bersifat kesalahan informasi yang tidak sampai mengganggu ketertiban umum, Kemenkominfo segera memberikan stempel hoaks dan kembali menyebarkan informasi mengenai kekeliruan itu kepada masyarakat.

Selain itu, langkah lain yang diambil adalah dengan cara men-take-down atau menghapus dari sosial media sebagai sumber penyebarannya itu.

Baca juga: Polisi Amankan Pemuda yang Sebar Hoaks Vaksin Sinovac Haram Menurut Ulama Aceh

“Tapi kalau sudah mengganggu ketertiban umum, kita bisa lapor ke polisi untuk ditindaklanjuti. Saat ini sudah ada 134 kasus yang ditangani kepolisian terkait hoaks COVID-19 ini,” terang Semuel Abrijani belum lama ini.

Ketua Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO), Septiaji Eko Nugroho, mengungkapkan akhir-akhir ini hoaks terkait vaksin COVID-19 mendominasi. “Kami mencatat ada 83 hoaks terkait dengan vaksin COVID-19, dan viralitasnya cukup tinggi, karena 42 persen terkait dengan isu keamanan dan kemanjuran termasuk hoaks kematian Mayor Sugeng,” katanya.

Dia juga mengungkapkan, penyebaran hoaks ini memiliki beragam motif, termasuk motif ekonomi, dan ada juga niat jahat di baliknya.

Menurut analisa Septiaji, ada beberapa kelompok masyarakat yang terpengaruh oleh hoaks vaksinasi ini. “Ada kelompok masyarakat yang sebenarnya bukan keluarga antivaksin, anak-anaknya divaksin BCG dan Difteri, tapi mereka lebih percaya teori konspirasi, sehingga menganggap COVID-19 ini flu biasa sehingga tidak perlu divaksin. Kelompok lainnya adalah kelompok yang mau divaksin dan sadar soal pentingnya vaksinasi COVID-19 tapi mereka memiliki bias. Misalnya bias anticina atau antibarat,” ungkapnya.

Belum lama ini, muncul hoaks meninggalnya seorang tentara usai divaksinasi. Mayor Infantri Sugeng Riyadi, Kepala Staf Kodim 0817/Gresik adalah korbannya. Dia diberitakan meninggal dunia setelah mendapat vaksin COVID-19, Jumat 15 Januari 2021.

“Saya ditunjukkan melalui pesan WhatsApp bahwa saya dikabarkan meninggal dunia. Saya pertama kali mendengar berita ini justru dari komandan saya, Dandim 0817/Gresik, Letkol Taufik Ismail, kemudian saya diajak foto selfie untuk menangkal berita tidak benar itu,” ungkap Mayor Sugeng.

“Ini modus baru yang mencampurkan fakta bahwa ada tentara meninggal dan ditautkan dengan fakta Pak Mayor Sugeng divaksin,” komentar Semuel Abrijani di saat bersamaan.

Masyarakat diimbau agar mengonsumsi informasi dari sumber yang benar dan bisa dipertanggungjawabkan.

“Ini adalah masa kritis bagi kita semua, jadi informasi yang kita perlu dalam momen kritis ini berasal dari informasi terbaik yang bisa kita cari. Jadi kalau dapat informasi yang berasal dari media sosial atau dari grup WhatsApp jangan langsung percaya. Mari kita lakukan 3S yakni Saring terlebih dahulu informasi tersebut, kalau baik kita sharing (bagikan), namun apabila buruk kita sorong atau kita tolak berita tersebut,” pesan Septiaji.

Perbincangan tentang hoaks seputar COVID-19 ini terjadi pada Dialog Produktif bertema “Tolak dan Waspada Hoaks”, yang diselenggarakan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN), Selasa, 26 Januari 2021 lalu. (*)

Baca juga: Kabaharkam Polri: Pelaku Penyebar Hoaks Vaksinasi Akan Ditindak