Penanusa.com – Ratusan orang terpaksa mengungsi akibat erupsi Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur. Erupsi ini terjadi di saat masyarakat dunia sedang menghadapi pandemi COVID-19.
Lazimnya, masyarakat berdesak-desakan selama berada di pengungsian. Hal ini jelas melanggar protokol kesehatan yang digaungkan pemerintah: memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
Komando Resor Militer (Korem) 083/Baladhika Jaya (Malang), yang mencakup wilayah Lumajang dan menjadi bagian tim gabungan mitigasi bencana erupsi Gunung Semeru, memastikan protokol kesehatan tetap diterapkan secara ketat meskipun kerumunan orang tidak bisa dihindarkan.
“Kita menghadapi bencana tidak terhindarkan itu yang namanya berkerumun. Maka kemarin, sebelum bencana itu, kita sudah melakukan pelatihan Posko tingkat dua. Sudah jadi tema utama kita bahwa agar pengungsian itu tetap memperhatikan protokol COVID-19. Paling tidak menggunakan masker secara ketat bila berkerumun di satu tempat,” kata Kepala Staf Korem (Kasrem) 083/BDJ, Letkol Inf Akhmad Juni Toa, dalam keterangan persnya, Rabu, 2 Desember 2020.
Namun demikian, ada tambahan manajemen bencana yang akan diterapkan pada pengungsian di tengah pandemi. Untuk itu, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 sekaligus Kepala Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB), Doni Monardo, meninjau langsung lokasi pengungsian.
“Ada beberapa tempat yang memang kita lihat relatif aman. Rencananya adalah Pak Doni Monardo, Pangdam V Brawijaya, dan Danrem 083/BDJ, karena Lumajang adalah bagian dari wilayah tanggung jawab Korem Malang, akan meninjau langsung secara fisik di sana,” terang Letkol Inf Akhmad Juni.
Sementara itu, status Gunung Semeru telah dinaikkan menjadi Awas atau Level 4. Pendakian ditutup sementara dan masyarakat dilarang mendekat.
Baca juga: Tim SAR Belum Berhasil Temukan Korban Hilang Erupsi Gunung Semeru |