banner-side-160x600.jpg
banner-side-160x600.jpg
banner-970x250.jpg

Panglima TNI: Saatnya Modernisasi Kapal Selam AL

Kapal selam KRI Alugoro-405 bersandar di Dermaga Faslabuh Selat Lampa Pangkalan TNI AL Ranai, Natuna, Kepulauan Riau, Selasa (6/4/2021). (ANTARA FOTO/Teguh Prihatna)

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan peristiwa tenggelamnya KRI Nanggala-402 menjadi bahan evaluasi kondisi alat utama sistem persenjataan (alutsista) Angkatan Laut (AL). Hadi mengatakan pihaknya ingin melanjutkan modernisasi kapal selam.

“Saat ini menjadi waktu yang tepat untuk melakukan evaluasi tentang kondisi alutsista TNI, khususnya kapal selam yang dimiliki TNI Angkatan Laut dan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk melanjutkan modernisasi kapal selam,” kata Hadi saat rapat kerja dengan Komisi I DPR, di Komplesk Parlemen, Kamis (6/5).

Hadi mengatakan peristiwa kandasnya KRI Nanggala di perairan Bali juga menjadi pelajaran setiap prajurit dalam menjalankan tugasnya memiliki risiko yang tinggi.

Menurutnya, para prajurit tak hanya menghadapi musuh, tetapi juga menghadapi kondisi alam yang tak bisa diprediksi oleh manusia.

“Insiden ini menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua bahwa tugas sebagai seorang prajurit TNI mengandung risiko yang sangat tinggi,” ujarnya.

Jenderal bintang empat itu mengaku pihaknya sangat kehilangan, bukan hanya kehilangan salah satu alutsista strategis AL, tetapi juga 53 prajurit terbaik matra laut yang gugur dalam insiden tersebut.

“Selamanya tidak akan pernah kembali kepada keluarga mereka untuk melanjutkan tugas menjaga perairan nusantara,” katanya.

Baca Juga: Kasus Sersan Rusdi Ikut Dibahas Kala Kabareskrim Polri Terima Kunjungan Danpuspom TNI-AD

Hadi mengatakan KRI Nanggala-402 tenggelam tepat di Perairan Utara Bali pada Rabu (21/4) lalu. Saat itu, KRI yang telah digunakan TNI AL selama kurang lebih 40 tahun sedang latihan melaksanakan penembakan torpedo.

Latihan itu merupakan bagian dari pembinaan kesiapan operasional prajurit dan satuan di wilayah perairan Bali. Namun, Nanggala justru tenggelam dan diketahui berada di kedalaman 838 meter di bawah permukaan laut.

Sebanyak 53 orang awak kapal tersebut dinyatakan meninggal dunia. Presiden Joko Widodo memberi penghargaan Bintang Jalasena dan kenaikan pangkat bagi para almarhum.