banner-side-160x600.jpg
banner-side-160x600.jpg
banner-970x250.jpg

Perjalanan Nabi (24), Perang Badar, Sebab-sebab Peperangan

Perjalanan Nabi (24), Perang Badar, Sebab-sebab Peperangan

Persiapan Pasukan Musyrikin
Penanusa.com – Penduduk Mekkah segera bersiap-siap mengirim pasukannya untuk menyelamatkan kafilah dagang Abu Sufyan. Akhirnya terkumpul tentara dengan persenjataan lengkap berjumlah 1300 orang, 100 kuda, 600 baju besi dan sekian banyak onta yang tidak diketahui pasti jumlahnya. Panglima perang dipegang oleh Abu Jahal bin Hisyam.

Lalu berangkatlah mereka menuju kota Madinah. Namun di tengah perjalanan, mereka kembali menerima surat dari Abu Sufyan, bahwa kafilahnya berhasil menghindar dari sergapan Rasulullah karenanya dia meminta mereka kembali ke Mekkah.

Dengan kesombongannya, Abu Jahal menolak kembali ke Mekkah. Dia justru bersikeras membawa pasukannya ke Badar. Namun sebagian pasukannya yang berjumlah 300 orang ada yang kembali ke Mekkah dan tidak ikut dalam peperangan Badr.
Kini tentara Kafir Quraisy tinggal berjumlah 1000 orang.

Tentara Kaum Muslimin dalam Kebimbangan
Setelah mengetahui kedatangan pasukan Kafir Quraisy, dan mereka semakin dekat ke Badr, sementara kafilah Abu Sufyan telah menghindar semakin jauh tak terkejar, tentara kaum muslimin berada dalam kebimbangan. Akankah mereka harus menghadapi pasukan Abu Jahal yang jumlahnya jauh lebih besar dengan persenjataan lengkap, sementara mereka berjumlah sangat sedikit dengan persenjataan apa adanya ?

Majelis Musyawarah dan Hasil Keputusan
Menghadapi kondisi yang kritis tersebut, Rasulullah mengajak para sahabatnya bermusyawarah. Sebagian pasukan ada yang khawatir menghadapi pertempuran berdarah tersebut, sebagaimana Allah kisahkan dalam ayat-Nya :

“Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dari rumahmu dengan kebenaran, padahal sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya. Mereka membantahmu tentang kebenaran sesudah nyata (mereka pasti menang), seolah-olah mereka dihalau kepada kematian, sedang mereka melihat (sebab-sebab kematian itu)”. (QS. al-Anfal : 5)

Setelah bermusyawarah, akhirnya mereka sepakat menghadapi pasukan kafir Quraisy dan siap menanggung berbagai kemungkinan yang terjadi. Maka merekapun akhirnya melanjutkan perjalanannya untuk menghadapi pasukan musyrikin.

Kecerdikan Rasulullah Menggali Informasi
Rasulullah tetap berupaya mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang pasukan musuh, bahkan tampak dari sana bagaimana kecerdikan Rasulullah menggali informasi dengan tetap menjaga rahasia dirinya.

Tidak jauh di sekitar markas pasukan kaum muslimin, Rasulullah dan Abu Bakar ash-Shiddiq bertemu dengan seorang tua dari suku Arab. Rasulullah bertanya kepadanya tentang berita dua pasukan; Quraisy dan pasukan Muhammad.
Orang tua tersebut balik berkata :
“Saya tidak akan kabarkan kalian sebelum kalian khabarkan siapa kalian?”
“Jika kamu khabarkan kepada kami, kami akan khabarkan kepadamu (siapa kami)” Jawab Rasulullah
“Oh, jadi berita tukar berita?”
“Ya”

Orang tua itu mulai mengabarkan bahwa jika semua informasi yang dia dengar benar, pasukan Muhammad sudah berada di tempat ini dan ini, sedang pasukan Quraisy sekarang sudah berada di tempat ini dan ini.

Setelah selesai mengabarkan hal tersebut, tak lupa orang tua tersebut bertanya kepada Rasulullah : “Dari mana kalian ?”. Sambil pergi tergesa-gesa, Rasulullah menjawab : “ Dari Ma’ (Air)” 1
Orang tua itu termangu-mangu, sambil bertanya-tanya; “(Suku) Ma’ yang mana ? Ma’ yang di Irak ?”.

Di lain waktu, pasukan kaum muslimin berhasil menangkap dua orang bocah yang sedang mengambil air untuk memberi minum pasukan Mekkah.

Terjadilah dialog antara Rasulullah dengan kedua anak tersebut,
“Ada berapa jumlah mereka ?”,
“Banyak”, jawab mereka.
“Berapa persisnya ?”
“Kami tidak tahu”
“Berapa onta yang disembelih tiap hari ?”
“Kadang sembilan, kadang sepuluh”
“Kalau begitu jumlah mereka antara 900 hingga 1000 pasukan”2

1) Yang Rasulullah maksudkan air di sini adalah air mani. Artinya bahwa Rasulullah, dan juga semua manusia memang berasal dari setetes air mani. Sedangkan orang tua tersebut barangkali beranggapan Ma’ disini adalah nama sebuah suku yang dikenal pada waktu itu. Ucapan seperti ini dikenal dengan istilah Tauriyah.
2) Dengan perkiraan setiap satu onta cukup untuk 100 orang. Dilansir dari sirohnabawiyah.com. (*)