Kaum Muslimin Lebih Dahulu Menempati Lokasi Strategis
Penanusa.com – Pasukan kaum muslimin terus bergerak menuju Badar agar tiba lebih dahulu dan dapat menguasai sumber-sumber air di Badr. Maka di waktu Isya, mereka tiba di sumber air terdekat dan berhenti di sana.
Khabab bin Munzdir sebagai ahli strategi militer bertanya kepada Rasulullah;
“Ya Rasulullah, bagaimana menurutmu tempat ini, apakah ini merupakan ketetapan Allah, sehingga kita tidak dapat maju atau mundur darinya atau ini cuma pendapatmu dan siasat perang?”.
“Tidak, ini cuma pendapat saya dan siasat perang”, jawab Rasulullah .
“Kalau begitu ya Rasulullah, ini bukan tempat yang cocok. Bangunkan pasukan untuk menuju mata air yang lebih dekat lagi dengan pasukan musuh, lalu kita bermarkas di sana dan kita rusak mata air lainnya, lalu kita buat kolam dan kita penuhkan dengan air, sehingga kita bisa minum sedang mereka tidak”
“Engkau telah memberikan pendapat (yang bagus)” puji Rasulullah.
Akhirnya Rasulullah dan pasukannya bangkit dan melakukan apa yang diusulkan Khabab bin Mundzir.
Setelah itu dibuatkan panggung untuk tempat Rasulullah yang berfungsi sebagai pusat komando dan antisipasi jika terdesak, lalu dipilih seorang pemuda bernama Sa’ad bin Mu’adz sebagai pemimpin pasukan pengawal Rasulullah di pusat komando tersebut.
Pada malam harinya Rasulullah memberikan arahan-arahan kepada pasukan. Kemudian beliau melalui malamnya dengan shalat di sebuah pangkal pohon sementara kaum muslimin dapat tidur dengan tenang, penuh rasa percaya diri untuk menghadapi pertempuran keesokan harinya.
“(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penentraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk menyucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menakutkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki(mu)” (QS. al-Anfal : 11)
Malam itu tepatnya malam Jum’at, tanggal 17 Ramadhan, tahun ke-2 Hijriah.
Perpecahan Pada Tentara Quraisy
Sementara itu, di kalangan pasukan Quraisy, terjadi perselisihan, antara mereka yang berniat mengurungkan peperangan, dengan mereka yang tetap bertekad untuk melanjutkan peperangan. Namun atas kemauan keras Abu Jahal, akhirnya mereka menetapkan untuk tetap mengadakan peperangan menghadapi pasukan Rasulullah. Dilansir dari sirohnabawiyah.com. (*)