banner-side-160x600.jpg
banner-side-160x600.jpg
banner-970x250.jpg

Perjalanan Nabi (27), Perang Badar, Sebab-sebab Peperangan

Perjalanan Nabi (27), Perang Badar, Sebab-sebab Peperangan

Serangan Balik dan Kekalahan Musuh
Penanusa.com – Setelah beberapa lama pasukan kaum musyrikin menyerbu, kaum muslimin terus bertahan dengan kokoh dan tidak dapat dilumpuhkan, bahkan banyak pasukan kaum musyrikin yang menemui ajalnya. Hal tersebut, tentu saja membuat mental kaum musyrikin menjadi jatuh.

Pada kondisi seperti itulah, Rasulullah memberikan komando untuk melakukan serangan balik terhadap kaum musyrikin. Maka dengan semangat yang semakin membara, pasukan kaum muslimin balik menyerbu kaum musyrikin yang sudah melemah semangatnya.

Kekuatan kaum muslimin semakin besar dengan bantuan para malaikat dalam barisan mereka, sehingga banyak pasukan Quraisy yang tewas dan tidak diketahui siapa yang membunuhnya.

Akhirnya sedikit demi sedikit kekalahan kaum musyrikin semakin tampak, peperangan sudah mulai berakhir, pasukan kaum musyrikin banyak yang lari tunggang langgang dikejar-kejar kaum muslimin.

Tinggal Abu Jahal dan beberapa orang pasukannya yang melindunginya tetap bertahan dengan kesombongannya. Namun serbuan pasukan kaum muslimin yang bertubi-tubi, membuat mereka tumbang satu persatu, hingga akhirnya Abu Jahal terbunuh oleh dua orang anak muda yang bernama Mu’az bin Amr bin Al Jamuh dan Mu’awwiz bin Afra’.

Setelah kematian Abu Jahal, peperangan Badr berakhir dengan kekalahan besar di pihak kaum musyrikin. Di kalangan mereka terbunuh 70 orang, sebagian besar adalah para panglima perang dan tokoh-tokoh Quraisy dan yang tertawan juga 70 orang. Sedangkan di pihak kaum muslimin, ada 14 orang yang mati syahid.

Setelah Peperangan
Penduduk Mekkah menerima berita kekalahan pasukan mereka dengan kesedihan mendalam. Namun mereka dilarang meratapi sanak saudara mereka yang mati dalam perang Badr, agar kaum muslimin tidak bergembira dengan keadaan tersebut.

Ada kisah unik dalam hal ini. Ada orang tua dari mereka yang kehilangan tiga anaknya, sudah berhari-hari ingin menumpahkan kesedihannya. Namun karena dilarang meratap, hal tersebut dia tahan dalam dirinya. Hingga suatu hari terdengar suara ratapan wanita. Maka orang tersebut memerintahkan anaknya untuk menyelidiki, apakah kini sudah dibolehkan meratapi kematian. Ternyata setelah diselidiki, wanita tersebut sedang meratapi ontanya yang hilang.

Setelah peperangan, Rasulullah masih menetap di Badr selama tiga hari saat itu sempat terjadi perbedaan di kalangan para sahabat tentang ghanimah perang. Karena ada sebagian sahabat yang langsung berhadapan dengan musuh dan mengumpulkan ghanimah, ada sebagian lagi yang menjaga Rasulullah sehingga tidak mendapatkan apa-apa. Akhirnya Rasulullah minta semua ghanimah dikumpulkan.

Dalam hal ini turunlah wahyu dari Allah Ta’ala :

“Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah: “Harta rampasan perang itu kepunyaan Allah dan Rasul, sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu, dan ta’atlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman” (QS. al-Anfal : 1). Dilansir dari sirohnabawiyah.com. (*)