banner-side-160x600.jpg
banner-side-160x600.jpg
banner-970x250.jpg

Perjalanan Nabi (31), Perang dan Diplomasi Nabi, Perang Uhud

Perjalanan Nabi (31), Perang dan Diplomasi Nabi, Perang Uhud

Pembelotan Abdullah bin Ubay dan Konco-konconya
Penanusa.com – Di tengah perjalanan ketika musuh sudah dekat dan mereka dapat saling memandang, Abdullah bin Ubay melakukan pembelotan.

Dia bersama 300 orang pasukan membelot mundur dari pertempuran dengan alasan bahwa peperangan berarti membunuh diri sendiri, diapun mengungkit-ungkit sikap Rasulullah yang lebih menuruti pendapat selain dirinya.

Sebenarnya yang diinginkan oleh orang-orang munafiq tersebut adalah terjadinya kekacauan dan kebimbangan di kalangan pasukan kaum muslimin. Dan hampir saja ini terjadi, namun Allah Ta’ala segera meneguhkan hati mereka untuk melanjutkan pertempuran.

“Ketika dua golongan dari padamu ingin (mundur) karena takut, padahal Allah adalah penolong bagi kedua golongan itu. Karena itu hendaklah hanya kepada Allah saja orang-orang mu’min bertawakal” (QS. Ali Imran : 122)

Sedangkan terhadap orang-orang munafiq Allah ta’ala berfirman :

“Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang munafik. Kepada mereka dikatakan: “Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu)”. Mereka berkata : “Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kamu”. Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran daripada keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan” (QS. Ali Imran : 167)

Rasulullah beserta pasukannya yang tinggal 700 orang meneruskan perjalanannya menuju Gunung Uhud.

Sesampainya di Uhud beliau segera menyiapkan pasukannya. Beliau memilih 50 pasukan pemanah yang dipimpin oleh Abdullah bin Jubair al-Anshari untuk mengambil posisi di sebuah bukit kecil yang kemudian dikenal sebagai Jabal Rumaat (Bukit pemanah), berjarak sekitar 500 meter dari markas utama pasukan kaum muslimin. Tujuannya adalah agar mereka melindungi kaum muslimin dan agar musuh tidak datang dari belakang mereka. Rasulullah berpesan kepada mereka agar jangan turun, apapun yang terjadi, sebelum mendapat perintah darinya.

Sementara itu sisa pasukan lainnya sebagian berada di sayap kanan dipimpin oleh Mundzir bin Amr, sebagian lagi di sayap kiri dipimpin oleh Zubair bin Awwam. Sedangkan barisan terdepan dipilih prajurit-prajurit yang dikenal ketangguhannya dan keberaniannya dalam berperang yang sebanding dengan jumlah 1000 orang.

Demikianlah pasukan kaum muslimin telah siap bertempur pada hari Sabtu pagi, 7 Syawal 3 H.

Adapun pasukan kaum musyrikin disusun dengan cara berbaris. Komandan utamanya Sufyan bin Harb. Sayap kanan dipimpin oleh Khalid bin Walid yang ketika itu masih musyrik. Sedangkan sayap kiri dipimpin oleh Ikrimah bin Abu Jahal.

Sementara itu kaum wanita musyrik ikut juga berpartisipasi dengan memberi semangat pasukan. Mereka dipimpin oleh Hindun binti Utbah, isteri Abu Sufyan. Dilansir dari sirohnabawiyah.com. (*)