banner-side-160x600.jpg
banner-side-160x600.jpg
banner-970x250.jpg

Perjalanan Nabi (35), Perang dan Diplomasi Nabi, Perang Uhud

Perjalanan Nabi (35), Perang dan Diplomasi Nabi, Perang Uhud

Perjuangan Melindungi Rasulullah
Penanusa.com – Sembilan orang sahabat yang melindungi Rasulullah berjuang mati-matian untuk menangkis setiap serangan yang diarahkan kepada beliau.

Akhirnya satu demi satu mereka berguguran. Tinggallah dua orang yang berada di sisi Rasulullah; Talhah bin Ubaidillah dan Sa’ad bin Abi Waqash. Keduanya melindungi mati-matian Rasulullah dari serangan kaum musyrikin. Hari itu merupakan hari yang paling genting dalam kehidupan Rasulullah.

Akhirnya tak urung juga, akibat serangan yang bertubi-tubi, Rasulullah mengalami luka di bagian pelipis dan rahangnya, sehingga darah segar mengucur dari wajahnya. Saat itu. Rasulullah bersabda :

“Bagaimanakah suatu kaum akan selamat kalau mereka telah melukai Nabi mereka ?”.

Saat itu Allah turunkan ayat-Nya :

“Tidak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka, karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim” (QS. Ali Imron : 128)

Rasulullah pun berdoa untuk mereka :

“Ya Allah, ampunilah kaumku, karena mereka tidak mengetahui”

Seketika itu, pasukan kaum muslimin mendatangi Rasulullah yang sedang terkepung oleh kaum musyrikin. Mereka berusaha sekuat tenaga melindungi Rasulullah dari serbuan kaum musyrikin. Di antara mereka adalah: Mush’ab bin Umair, Ali bin Abi Thalib, Sahl bin Hanif, Malik bin Sinan, Umar bin Khattab dan Abu Thalhah.

Di tengah situasi genting tersebut, Mush’ab bin Umair yang tengah mempertaruhkan nyawanya melindungi Rasulullah seraya membawa panji-panji kaum muslimin, terbunuh oleh Ibnu Qami’ah yang dia kira bahwa Mush’ab adalah Rasulullah karena wajahnya yang mirip. Sehingga setelah berhasil membunuhnya, Ibnu Qamiah segera berteriak : “Sungguh, Muhammad telah terbunuh!”.

Isu ini, kembali membuat pasukan kaum muslimin panik dan mengendur semangatnya, namun pada saat yang bersamaan, hal tersebut membuat serangan kaum musyrikin menjadi kendur juga.

Melihat hal tersebut, Rasulullah langsung menyelinap ke tengah-tengah kaum muslimin, namun beliau meminta mereka untuk tidak memberitahu keberadaannya agar tidak disadari oleh kaum musyrikin. Kemudian dengan teratur mereka mundur dari medan pertempuran dan berlindung di celah-celah gunung Uhud.

Kaum musyrikin yang mengetahui gerak mundur teratur pasukan kaum muslimin, segera menyerbu. Namun dengan keberanian luar biasa para sahabat menangkis setiap serangan untuk melindungi Rasulullah. Akhirnya selamatlah kaum muslimin dari kejaran mereka. Kaum musyrikpun menghentikan pengejaran dan bersiap-siap kembali ke Mekkah.

Namun sebelum itu, mereka melampiaskan dendamnya terhadap kaum muslimin dengan menyayat-nyayat mayat pasukan kaum muslimin yang ada. Bahkan Hindun binti Utbah menyayat tubuh Hamzah untuk diambil hatinya. Dia berupaya mengunyah-nya, namun hal tersebut tidak kuasa dia lakukan, akhirnya dia muntahkan kembali.

Setelah kaum musyrikin dipastikan meninggalkan medan pertempuran dan kembali ke Mekkah. Pasukan kaum muslimin langsung memeriksa para sahabat yang telah menjadi Syuhada, semua berjumlah 70 orang.

Kemudian Rasulullah memerintahkan agar para syuhada Uhud tersebut dikumpulkan dan dikuburkan di tempat itu juga tanpa dimandikan dan tetap dengan pakaian yang mereka kenakan.

Beliau bersabda :
“Saya lah saksi bagi mereka, sesungguhnya siapa saja yang terluka di jalan Allah Ta’ala niscaya akan Allah bangkitkan di hari kiamat, lukanya mengucur dengan warna darah, namun baunya, bau minyak kasturi”.

Pada kesempatan itu, kaum muslimin mencari-cari mayat Hanzolah, akhirnya mereka mendapatkannya di suatu tempat namun tampak adanya bekas siraman air. Rasulullah segera memberitahukan bahwa malaikat telah memandikannya. Maka dia kemudian dikenal dengan sebutan : Ghasiilul Malaikah (Yang dimandikan malaikat).

Setelah ditanya kepada keluarganya, jelaslah masalahnya, bahwa Hanzolah adalah pengantin baru. Ketika panggilan jihad diserukan, saat itu beliau sedang berada di pangkuan isterinya. Maka dia langsung bangkit memenuhi seruan tersebut. Di tengah pertempuran, beliau maju menerobos kekuatan musuh, hingga hampir membunuh panglima musuh, namun sebelum berhasil membunuhnya, dia lebih dahulu terbunuh menemui syahidnya.

Mayat kaum muslimin sungguh sangat mengenaskan. Tubuh mereka tercabik-cabik, bahkan banyak di antara mereka yang pakaiannya tidak dapat menutup seluruh tubuhnya seperti yang terjadi pada Mush’ab bin Umair. Apabila ditutup kepalanya, tampak kakinya, jika ditutup kakinya tampak kepalanya, akhirnya Rasulullah memerintahkan untuk menutup bagian kakinya dengan rerumputan.

Rasulullah sangat sedih hatinya ketika melihat jasad Hamzah. Hingga ketika saudara perempuannya akan melihatnya, Rasulullah perintahkan untuk mencegahnya. Namun karena Shafiah bersikeras melihatnya dan berjanji untuk bersabar. akhirnya Rasulullah mengizinkan.

Kemudian, pasukan muslimin pulang menuju Madinah dengan kesedihan mendalam. Mereka segera menemui keluarga para syuhada untuk menyampaikan berita duka tersebut. Namun banyak di antara mereka yang tetap menjaga kesabarannya. Bahkan banyak pula di antara mereka yang menganggap ringan musibah tersebut setelah mereka mengetahui bahwa Rasulullah pulang dengan selamat.

Diriwayatkan bahwa ada seorang wanita dari Bani Dinar, suaminya, saudaranya, bapaknya gugur sebagai syahid dalam perang Uhud, ketika diberitahu kepadanya tentang berita duka tersebut, dia balik bertanya :

“Apa yang dialami Rasulullah”,
“Al-hamdulillah, seperti yang engkau inginkan, beliau dalam keadaan baik-baik saja”, jawab mereka.
“Perlihatkan kepada saya orangnya”, lalu mereka menunjukkannya kepada Rasulullah.

Maka setelah itu dia berkata :

“Semua musibah, setelah engkau selamat adalah ringan” Dilansir dari sirohnabawiyah.com. (*)