Perang Tabuk
Penanusa.com – Berhasilnya Rasulullah menguasai Jazirah Arabia setelah penaklukan kota Mekkah dan suku-suku yang ada di dalamnya, menimbulkan ketakutan yang luar biasa bagi kekuatan Romawi -kekuatan militer terbesar kala itu-.
Apalagi mereka pernah merasakan bagaimana tangguhnya pasukan kaum muslimin dalam perang Mu’tah sebelumnya yang meskipun kala itu, pasukan kaum muslimin tidak berhasil menuntut balas secara setimpal atas terbunuhnya utusan Rasulullah oleh bangsa Romawi, namun tampak bahwa kekuatan kaum muslimin tidak boleh dianggap remeh.
Apalagi sekarang kekuasan mereka semakin besar dan pengikutnya semakin banyak.
Maka, sebelum terlambat dan menjalarnya kekuasaan Rasulullah hingga ke daratan Romawi, Kaisar Romawi menggalang kekuatannya kembali bersama suku Arab yang masih loyal kepada mereka dari keluarga Gashan untuk menyerbu kaum muslimin.
Berita di Madinah
Berita tentang persiapan kaum Romawi sayup-sayup terdengar di kalangan kaum muslimin di Madinah. Kekhawatiran menjalar di tengah masyarakat.
Jika ada suara-suara yang tidak biasa terdengar, mereka segera menduga bahwa hal itu adalah serbuan kaum Romawi. Bahkan disebabkan beratnya memikirkan hal tersebut, Rasulullah sempat menjauhi isterinya selama sebulan, sehingga sebagian sahabat mengira bahwa beliau telah mentalak isteri-isterinya.
Diriwayatkan bahwa Umar bin Khattab suatu hari berada di rumahnya, tiba-tiba datang seorang sahabat dari Anshar dengan tergesa-gesa menuju rumahnya seraya berkata :
“Buka, Buka”. Umar berkata: “Apakah (suku) Ghassan sudah datang ?”, sahabat tadi berkata : “Justru lebih besar dari itu, Rasulullah telah menceraikan isteri-isterinya”.
Kaum munafik yang menyaksikan kepanikan kaum muslimin kala itu segera mengambil kesempatan untuk memenuhi dendam kesumat mereka. Mereka mendirikan markas dalam bentuk mesjid yang dibangun berdasarkan kekufuran dan untuk memecah belah kaum muslimin.
Masjid tersebut kemudian dikenal dengan Mesjid Dhiror (Mesjid yang merusak). Mereka menawarkan Rasulullah untuk shalat di dalamnya. Namun Rasulullah tidak shalat di dalamnya, tapi justru sibuk menghadapi peperangan. Dilansir dari sirohnabawiyah.com. (*)