banner-side-160x600.jpg
banner-side-160x600.jpg
banner-970x250.jpg

Perjalanan Nabi (64), Akhir Kenabian, Menghadap ke Haribaan Allah

Perjalanan Nabi (64), Akhir Kenabian, Menghadap ke Haribaan Allah

Lima Hari Sebelum Meninggal
Penanusa.com – Lima hari sebelum meninggal, panas Rasulullah bertambah, sakitnya makin keras. Beliau minta para shahabatnya untuk menyiramkannya.

Para sahabat melakukannya dan menyiramkannya, hingga beliau berkata: “Cukup,…. Cukup”.

Ketika itu beliau merasakan kesehatannya membaik, maka beliau masuk mesjid dengan kepala diikat. Lalu duduk di atas mimbar dan berkhutbah di hadapan orang-orang yang mengelilinginya :

“Laknat Allah terhadap orang Yahudi dan Nashrani, mereka menjadikan kuburan para nabinya sebagai masjid,… Jangan kalian menjadikan kuburanku sebagai berhala yang disembah”

Kemudian Rasulullah meminta kepada hadirin untuk membalas apa yang pernah dia lakukan terhadap mereka, seperti jika ada yang dicambuk atau dicaci. Setelah itu, beliau shalat Dzuhur, dan kemudian kembali lagi menyampaikan khutbahnya, juga berpesan kepada kalangan Anshar.

Beliaupun sempat memuji Abu Bakar dengan ucapannya :

“Sesungguhnya orang yang paling banyak melindungi aku dalam persahabatan dan hartanya adalah Abu Bakar, seandainya aku boleh mengambil kekasih selain Rabbku, niscaya akan aku jadikan Abu Bakar sebagai kekasihku, akan tetapi cukup dengan persaudaraan Islam dan kasih sayang, semua pintu yang ada di Mesjid Nabawi harus ditutup kecuali pintu Abu Bakar”.

 

Empat Hari Sebelum Meninggal

Pada hari Kamis, empat hari sebelum wafat, sakit Rasulullah kian parah, beliau berkata :
“Mari berkumpul akan saya tuliskan wasiat untuk kalian, agar kalian tidak sesat setelah itu”.

Saat itu berkumpul beberapa tokoh, di antaranya Umar. Maka berkatalah Umar:

“Sakit beliau sangat parah, sedangkan bagi kalian ada al-Quran, cukuplah bagi kalian al-Quran”.
Ahlul Bait berbeda pendapat dalam hal ini, ada yang meminta dituliskan wasiat Rasulullah¬, dan ada yang berpendapat seperti Umar. Akhirnya Rasulullah meminta mereka untuk beranjak.

Namun pada hari itu, Rasulullah sempat berwasiat tiga hal :

Pertama, beliau berwasiat untuk mengeluarkan Yahudi dan Nashrani dan kaum musyrikin dari Jazirah Arab.

Kedua, melanjutkan kembali pengiriman para utusan sebagaimana yang telah beliau lakukan.
Ketiga, perawinya lupa, kemungkinan adalah wasiat berpegang teguh kepada al-Quran dan Sunnah, atau meneruskan pengiriman pasukan Usamah atau wasiat tentang shalat atau memperhatikan budak.

Meskipun sakit Rasulullah sangat parah, beliau tetap shalat sebagai imam. Pada hari itu, beliau masih sempat shalat Maghrib sebagai imam dengan membaca surat al-Mursalat. Namun pada waktu shalat Isya’, sakitnya semakin berat, sehingga dia tak kuasa keluar.

Aisyah radhiallahu’anha mengisahkan, saat itu Rasulullah bertanya kepadanya : “Apakah orang-orang sudah shalat ?”, beliau jawab : “Belum ya Rasulullah¬, mereka menunggumu“. Rasulullah kemudian minta diambilkan air untuk mandi, lalu beliau mandi, setelah itu beliau pingsan. Setelah sadar beliau bertanya lagi : “Apakah orang-orang sudah shalat ?”, lalu dia mandi lagi, kemudian pingsan lagi, begitu hingga terjadi tiga kali. Setelah itu dia meminta Abu Bakar untuk menjadi imam shalat. Maka Abu Bakar mengimami shalat pada hari-hari terakhir kehidupan Rasulullah sebanyak tujuh belas kali.

Aisyah radhiallahu’anha berulang kali mohon kepada Rasulullah agar Abu Bakar tidak dijadikan sebagai imam shalat supaya orang-orang tidak merasa berat kepadanya, namun beliau menolaknya, seraya berkata :

“Sesungguhnya kalian seperti wanita-wanita (pada zaman Nabi) Yusuf, perintahkan Abu Bakar untuk shalat menjadi imam”. Dilansir dari sirohnabawiyah.com. (*)