banner-side-160x600.jpg
banner-side-160x600.jpg
banner-970x250.jpg

Tokoh Muda NU: Rais Aam dan Ketum PBNU, Please Berembuglah!

Tokoh Muda NU: Rais Aam dan Ketum PBNU, Please Berembuglah!

Penanusa.com – Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Miftachul Akhyar, telah memutuskan jadwal Muktamar NU ke-34 dimajukan ke tanggal 17-19 Desember 2021.

Sementara pihak Tanfidziyah masih terlihat kebingungan untuk mengeksekusi keputusan ini. Di lapangan, secara realitas, terlihat antusiasme pengurus wilayah (PW) dan pengurus cabang (PC) untuk mempercepat pelaksanaan Muktamar NU ke-34.

Selain itu, di tengah suasana tarik-menarik terkait jadwal muktamar, muncul varian baru Virus Corona. Varian Omicron ditetapkan oleh WHO sebagai VOC (Variance of Concern), mutasi virus COVID-19 yang perlu diwaspadai karena tingkat penularannya yang tinggi, dampaknya yang mematikan, serta kemungkinannya yang kebal terhadap efek vaksin.

“Info terkini dari WHO, ada sekitar 29 negara yang sudah melaporkan kasus Omicron dan bersiap melakukan langkah-langkah antisipatif secara serius. Negara seperti Afrika Selatan, Australia, Italia, Belanda, Jerman, Portugal, serta Hongkong mencatatkan 5 sampai dengan 77 kasus saat ini,” kata Tokoh Muda NU, Rahmat Hidayat Pulungan, dalam keterangan tertulisnya yang diterima redaksi penanusa.com, Sabtu, 4 Desember 2021.

Menurutnya, beberapa negara seperti India dan Jepang mulai menginisiasi penutupan penerbangan dari negara-negara dengan kasus Omicron. Negara terdekat seperti Singapura dan Malaysia juga mulai memperketat pergerakan keluar masuk dan intra negara sebagai langkah antisipatif setelah menemukan dua kasus di negara masing-masing.

“Presiden Jokowi sudah memberikan arahan agar Omicron jangan sampai masuk ke Indonesia dengan meminta aparat memperketat pintu masuk perbatasan dan lalu lintas udara dan laut serta mengontrol pergerakan masyakarat secara nasional,” jelasnya.

Oleh sebab itu, Rahmat Hidayat mendesak Rais Aam PBNU dan Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj, untuk berembug membicarakan waktu yang tepat untuk menggelar Muktamar NU ke-34. “Please, berembuglah!” pintanya.

“Situasi di atas harus direspons dengan cepat dan tepat. Kemampuan NU beradaptasi kembali diuji dengan fakta-fakta di atas. Kecepatan dan kejelian PBNU mengelola perbedaan menjadi penting dalam situasi seperti ini. Perbedaan ini jangan sampai membuat NU pecah, karena NU adalah pilar Indonesia. Sejujurnya, bangsa ini perlu energi kelompok Islam moderat yang bisa menjadi lokomotif untuk melawan pihak-pihak yang selalu merugikan dan merongrong NKRI,” terang Rahmat Hidayat.

Ia menjelaskan, faktanya selama ini NU yang menjadi kekuatan penopang dinamika bangsa. kalau NU-nya terus bertengkar akan menjadi bahan cemooh dari kelompok Islam lainnya. Kalau NU sakit bangsa ini akan ikut menjadi sakit dan ini akan dimanfaatkan oleh kelompok lainnya. 

“Kita harus selalu ingat, prinsip NU itukan tawassut (moderat), tawazun (seimbang), tasamuh (toleran). Ini sudah menjadi jati diri dan perilaku kehidupan sehari-hari.

“Ini semua akan diuji oleh sejarah dan publik apakah para tokoh-tokoh NU kita dapat membuat keputusan tepat sesuai nilai dan prinsip tersebut di tengah kemendesakan situasi terkini,” katanya. (*)